ANALISIS PERSEDIAAN OBAT
PADA APOTEK MEDAN
DI KOTA LANGSA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebahagian dari syarat - syarat
Guna mencapai Gelar Sarjana Ekonomi pada Sekolah
Tinggi Ilmu Manajemen (S T I M) Pase Langsa.
O l e h
N A M A : RUSMANI
NIM : 01.1.1050
JURUSAN : MANAJEMEN
SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN
(STIM) PASE LANGSA
2006
KATA
PENGANTAR
Syukur
alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“ANALISIS PERSEDIAAN OBAT PADA APOTEK MEDAN DI KOTA LANGSA“, guna memenuhi
persyaratan menempuh gelar Sarjana Ekonomi pada Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen
(STIM) Pase Langsa. Serta tak lupa pula kita sanjung sajikan selawat dan salam
keharibaan junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari
jalan kebodohan menuju jalan yang
berilmu pengetahuan.
Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu ke arah penyelesaian skripsi ini, terutama sekali kepada:
1. Keluarga
yaitu orang tua, suami, abang, kakak dan adik tercinta yang telah banyak
memberikan dukungan dan doa serta memotivasi penulis untuk mengikuti pendidikan
ini hingga selesainya penulisan skripsi ini.
2. Bapak
Drs. H. Said Yunus, MM, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Pase
Langsa dan sebagai Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan petunjuk hingga selesai.
3. Bapak
Saifuddin Puteh, SE, MM, selaku Pembantu Ketua Bidang Akademik STIM Pase Langsa
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan hingga terselesainya penulisan
skripsi ini
4. Ibu
Yulida Susanti, SE, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah meluangkan waktu
serta senantiasa memberikan arahan sehingga selesai penulisan ini.
5. Bapak/Ibu
Dosen pada STIM Pase Langsa, yang telah banyak membekali penulis dalam berbagai
disiplin ilmu.
6. Bapak
Pimpinan Apotek Medan Kota Langsa beserta para Staf dan karyawan yang telah
membantu memberikan data dalam proses penyelesaian skripsi ini.
7. Rekan-rekan
seperjuangan yang telah menyumbangkan pikiran dan saran-saran ke arah penyelesaian
skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan dan kekeliruan baik dalam susunan kata maupun isinya. Oleh
sebab itu penulis dengan segala senang hati
menerima sumbangan pikiran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi
ini.
Atas segala jerih payah
dan bantuan yang diberikan itu, penulis tidak dapat membalasnya, semua ini
penulis serahkan kepada Allah SWT semoga kita tetap berada dalam lindungan-Nya.
Amiin.
Langsa,
2006
Penulis,
RUSMANI
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
ABSTRAKSI............................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................... v
DAFTAR
LAMPIRAN............................................................................................ vi
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Permasalahan................................................................ 1
B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian............................................................ 3
C. Hipotesis................................................................................................. 4
D. Metode Penelitian.................................................................................. 4
E. Metode Analisis
Data……………………………….. 5
F.
Peralatan Analisis.................................................................................. 5
G. Sistematika Penulisan............................................................................ 7
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN......................................................................... 9
A. Pengertian Persediaan........................................................................... 9
B. Jenis-jenis Persediaan......................................................................... 10
C. Fungsi Persediaan................................................................................ 11
D. Biaya-biaya Persediaan........................................................................ 12
E. Tujuan Pengendalian Persediaan......................................................... 14
F. Pengertian Metode EOQ...................................................................... 15
BAB III
HASIL PENELITIAN............................................................................. 17
A . Pembagian Fungsi dan Tugas
Karyawan dalam Penanganan
Persediaan Obat................................................................................... 17
B.
Sistim Persediaan................................................................................. 18
C.
Langkah-langkah Pemesanan Persediaan........................................... 19
D.
Biaya-biaya Persediaan........................................................................ 23
BAB IV
PEMBAHASAN..................................................................................... 26
A. Analisis Sistim Persediaan.................................................................... 26
B. Analisis Biaya dengan Metode EOQ.................................................... 29
BAB V
KESIMPULAN dan SARAN-SARAN................................................... 32
A. Kesimpulan........................................................................................... 32
B.
Saran-Saran........................................................................................... 33
DAFTAR KEPUSTAKAAN.................................................................................. 34
LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................................... 35
ABSTRAKSI
ANALISIS PERSEDIAAN OBAT
PADA APOTEK MEDAN
DI KOTA
LANGSA
Nama : RUSMANI
Nim : 01.1.1050
Pembimbing I : Drs. H. Said Yunus, MM
Pembimbing II : Yulida Susanti, SE.
Persediaan
merupakan salah satu aset paling mahal dibanyak perusahaan yang mencerminkan
dari total modal yang diinvestasikan. Bila perusahaan menanamkan terlalu banyak
dananya dalam persediaan, menyebabkan biaya penyimpangan yang berlebihan. Demikian
pula bila tidak mempunyai persediaan yang mencukupi, dapat mengakibatkan biaya
kekuarangan bahan. Pentingnya pengendalian persediaan terhadap obat juga
dilakukan oleh Apotek Medan di Kota Langsa yang bergerak di bidang penjualan
obat di kota Langsa.
Dalam penelitian ini data diperoleh dengan
wawancara dan observasi dan konsep teori melalui studi kepustakaan yang
dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan peralatan analisis Ekonomic
Order Quantity (EOQ).
Dari hasil penelitian sistem pengendalian
persediaan obat pada Apotek Medan Kota Langsa adalah dengan cara mengawasi
keluaran obat, membandingkan apa yang sesungguhnya dengan yang direncanakan dan
mengambil tindakan perbaikan secara terus menerus terhadap persediaan obat.
Setelah hasil penelitian diolah dengan bantuan peralatan analisis terhadap
variabel yang ada maka dalam pembahasan diperoleh biaya total persediaan
perusahaan tinggi dan jauh berbeda dengan biaya persediaan dengan menggunakan
metode EOQ selama tahun 2000 - 2004, Perusahaan Apotek Medan Kota Langsa boros
biaya sebesar Rp19.746,-, Rp26.852,-, Rp26.283,-, Rp34.803,- dan Rp43.605,-
sehingga biaya persediaan obat belum sesuai dengan metode EOQ karena terjadi
pemborosan dana sebesar Rp151.289,-.
Sehingga dari perhitungan
yang telah dilakukan tersebut dapat dikatakan bahwa hipotesa yang menyatakan
besarnya persediaan obat menyebabkan tingginya biaya total yang harus
dikeluarkan oleh Apotek Medan Kota Langsa adalah terbukti dan dapat diterima.
Sedangkan titik reorder point diperoleh pada tahun 2000 - 2004 yaitu sebesar
42 unit, 44 unit, 47 unit, 47 unit, dan 63 unit yang artinya bahwa pada saat
tingkat persediaan turun ke tingkat angka tersebut, maka perusahaan harus
melakukan pemesanan ulang. Pesanan ini akan tiba dalam waktu 3 hari, tepat pada
saat persediaan perusahaan sudah habis.
DAFTAR TABEL
TABEL
Halaman
III-1 TINGKAT
PEMAKAIAN TERTINGGI OBAT
PADA
APOTEK MEDAN
KOTA LANGSA
TAHUN 2000-2004................... 20
III-2 JUMLAH PERSEDIAAN OBAT PADA APOTEK MEDAN
KOTA
LANGSA TAHUN 2000-2004................................................... 21
III-3 BIAYA-BIAYA PERSEDIAAN
PADA APOTEK MEDAN
KOTA LANGSA TAHUN 2000-2004.................................................... 24
III-4 REALISASI
BIAYA YANG DIKELUARKAN
DALAM
PERSEDIAAN OBAT PADA APOTEK
MEDAN KOTA
LANGSA TAHUN 2000-2004................................................................ 25
IV-1 HASIL
PENGURANGAN PERSEDIAAN DAN PEMAKAIAN
OBAT-OBATAN PADA APOTEK MEDAN KOTA
LANGSA TAHUN 2000-2004................................................................ 35
IV-2 PEMESANAN OBAT PERHARI DAN ROP APOTEK
MEDAN
KOTA LANGSA
TAHUN 2000-2004..................................... 28
IV-3 HASIL
PERHITUNGAN EOQ DARI
PERSENTASE
KENAIKAN DAN
PENURUNAN OBAT PADA APOTEK
MEDAN KOTA LANGSA TAHUN 2000-2004..................................... 30
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
Halaman
I HASIL PENGURANGAN PERSEDIAAN
PEMAKAIAN
OBAT-OBATAN PADA APOTEK MEDAN KOTA
LANGSA TAHUN 2000-2004........................................................ 35
II HASIL PERHITUNGAN EOQ DARI
PERSENTASE
KENAIKAN DAN PENURUNAN OBAT
PADA APOTEK
MEDAN
KOTA LANGSA
TAHUN 2000-2004............................. 36
III
TOTAL BIAYA DENGAN METODE EOQ AKIBAT
PERSEDIAAN OBAT PADA APOTEK MEDAN KOTA
LANGSA TAHUN 2000-2004......................................................... 37
IV
PERHITUNGAN ECONOMIC ORDER QUANTITY (Q)............... 38
V
TOTAL BIAYA INVENTORI ATAU TC............................................ 40
VI
PEMESANAN OBAT PERHARI DAN ROP APOTEK
MEDAN
KOTA LANGSA
TAHUN 2000-2004.............................. 42
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Manajer operasi di seluruh dunia telah lama menyadari
bahwa manajemen persediaan yang baik itu sangatlah penting. Di satu pihak, suatu perusahaan dapat mengurangi biaya
dengan cara menurunkan tingkat persediaan, di pihak lain, konsumen akan merasa
tidak puas bila suatu produk stoknya habis. Oleh sebab itu, perusahaan harus
mencapai keseimbangan antara investasi persediaan dan tingkat pelayanan konsumen.
Apabila perusahaan menanamkan
terlalu banyak dananya dalam persediaan, menyebabkan biaya penyimpangan yang
berlebihan, dan mungkin mempunyai biaya kesempatan (dana dapat ditanam dalam
investasi yang lebih menguntungkan). Demikian pula bila perusahaan tidak
mempunyai persediaan yang mencukupi, dapat mengakibatkan biaya-biaya dari
terjadinya kekuarangan bahan.
Dalam hal produk fisik,
organisasi harus menentukan apakah akan membeli atau membuat sendiri produk
mereka. Setelah hal itu ditetapkan, langkah berikutnya adalah meramalkan
permintaan dan kemudian manajer operasi menetapkan persediaan yang diperlukan
untuk melayani permintaan tersebut.
Perusahaan harus mampu menghadapi
persaingan dengan menekan serendah mungkin harga pokok penjualan dalam batas
jangan sampai merugikan, karena salah satu tujuan perusahaan yang utama adalah
mencapai laba yang optimal. Efisiensi
terhadap biaya yang dikeluarkan dalam mencapai tujuan sangat penting. Oleh
sebab itu diperlukan suatu bentuk pengendalian yang sangat memadai dalam usaha
menghindari pengeluaran-pengeluaran tidak perlu.
Pengendalian dapat menstabilkan
persediaan dan dapat menghindari penyimpangan-penyimpangan yang akan terjadi. Dalam
persediaan bahan baku jika terjadi kekurangan akan mengakibatkan terhentinya
proses produksi, sebaliknya jika persediaan bahan baku terlalu banyak atau
berlebihan akan mengakibatkan pemborosan biaya, kemungkinan seperti inilah yang
dikhawatirkan perusahaan, sehingga pengendalian persediaan bahan baku sangat
berperan dan sangat dibutuhkan.
Pentingnya pengendalian
persediaan terhadap obat juga dilakukan oleh Apotek Medan di Kota Langsa yang
bergerak di bidang penjualan obat di Kota Langsa. Perusahaan yang kesehariannya
melayani masyarakat dalam penyediaan obat-obatan, sampai sekarang masih belum
dapat mencapai tingkat persediaan yang optimum dan masih adanya pemborosan
dana. Hal ini diketahui berdasarkan hasil penelitan pendahuluan yang penulis
peroleh.
Berbagai
Jenis Obat yang disediakan oleh Apotek Medan Kota Langsa seperti Antasida doen,
Cimetidine 200mg, Dextrometrhorphan 10mg/5ml, Glyceryl guaiacolate 100mg,
Ampicililin 500mg, Amoxicyllin 500mg, Erythormycin 250mg/5ml, Antalgin 500mg,
Paracetamol 125mg/5ml, Allopurinol 100mg. Sedangkan dalam penelitian ini
penulis memilih 4 jenis obat saja yaitu jenis obat Cimetidine 200mg, Glyceryl
guaiacolate 100mg, Erythormycin 250mg/5ml, Paracetamol 125mg/5ml, hal ini
dikarenakan keempat jenis obat tersebut mempunyai tingkat persediaan yang
tertinggi pada Apotek Kimia Farma Langsa.
Dari
latar belakang permasalahan tersebut diatas maka penulis ingin mengadakan
penelitian dengan melakukan penulisan suatu karya ilmiah yang diberi judul: “Analisis Persediaan Obat Pada Apotek Medan di Kota Langsa”.
B. Tujuan dan Kegunaan Penelitan
1. Tujuan Penelitian
a.
Untuk mengetahui sistim persediaan
obat pada Apotek Medan di Kota Langsa.
b.
Untuk mencari cara-cara yang tepat dalam
hal pengendalian persediaan obat pada Apotek Medan di Kota Langsa.
2. Kegunaan Penelitian
a.
Untuk memperluas wawasan berfikir
terutama produksi yang menyangkut dengan masalah pengendalian persediaan bahan
dan masalah-masalah lainnya yang disesuaikan dengan teori-teori yang pernah
penulis pelajari berdasarkan keadaan sebenarnya terjadi pada suatu perusahaan.
b.
Dengan harapan semoga hasil
penulisan ini dapat berguna bagi Apotek Medan di Kota Langsa
c.
Untuk memenuhi salah satu syarat
mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen pada STIM Pase Langsa.
C. Hipotesis
Diduga besarnya persediaan obat menyebabkan tingginya
biaya total persediaan yang harus dikeluarkan oleh Apotek Medan di Kota Langsa.
D. Metode Penelitian
Dalam usaha untuk mendapatkan
data serta berbagai informasi yang diperlukan, penulis mengadakan penelitian
dengan cara:
1.
Penelitian Lapangan (Field
Research)
Untuk mendapatkan data dan
informasi primer yang diperlukan dalam
penulisan ini, penulis melakukan dengan cara :
a.
Wawancara,
yaitu merupakan kegiatan pengumpulan data yang penulis lakukan dengan cara
tanya secara langsung baik dengan pimpinan maupun karyawan Apotek Medan di Kota
Langsa.
b.
Observasi
(Pengamatan), yaitu merupakan kegiatan pengumpulan data yang penting dilakukan
dengan cara mengamati secara langsung pada perusahaan penjualan obat pada
Apotek Medan di Kota Langsa.
2.
Penelitian Kepustakaan (Library
Research)
Untuk memperoleh data sekunder yang merupakan pendukung data
primer, maka penulis melakukan dengan cara mengutip pendapat-pendapat atau
teori-teori dan pemahaman-pemahaman yang mempunyai kaitan dengan penulisan ini
dengan cara membaca dan menyalin literatur-literatur pada Perpustakaan STIM
Pase Langsa maupun menelaah buku-buku yang penulis miliki.
E. Metode Analisis Data
Dalam upaya menganalisis data
penulis menggunakan cara menganalisis data sebagai berikut :
1.
Metode Kualitatif
Dengan menggunakan metode ini, penulis
mencoba menganalisis data yang diperoleh dari lapangan dan membuatnya dalam bentuk
tabulasi kemudian membandingkan dengan pendapat para ahli dari teori yang ada
sebagai landasan teoritis.
2.
Metode Kuantitatif
Dengan metode ini penulis menganalisis data yang diperoleh
dari hasil penelitian untuk mengetahui pengendalian persediaan obat pada
perusahaan ini dengan menggunakan peralatan analisis Economic Order Quantity.
F. Peralatan Analisis
Untuk menganalisa data dalam penulisan ini, digunakan alat
analisis Economic Order Quantity menurut Lalu Sumayang (2003:207-208) sebagai
berikut:


2SD

iC
D Q


Q
2
Sedangkan untuk mengetahui permintaan obat per hari dan juga
untuk mengetahui titik pemesanan ulang (Reorder Point atau ROP) maka digunakan peralatan analisis
dari Render dan Heizer (2001:324-325) yaitu:
D
![]() |
d =
Jumlah hari kerja per
tahun
ROP = d X L
Di mana :
S = Biaya
setiap kali pemesanan atau ordering cost
C = Biaya per
unit
D = Besar laju
permintaan atau demand rate dalam unit per tahun
i = Biaya
pengelolaan atau carrying cost adalah persentase
terhadap nilai
inventori per tahun
Q = Ukuran
paket pesanan atau lot size dalam unit (Jumlah barang
setiap
pemesanan)
TC = Biaya total
inventori
d = Permintaan
obat per hari
ROP = Reorder Point
(Titik pemesanan ulang)
L = Lead time
(waktu antara pengiriman dilakukan)
Jumlah hari kerja = 300 hari selama 1 tahun
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam
penulisan skripsi ini. Penulis menyajikan dalam beberapa bab dengan
sistematikanya sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari Latar Belakang Masalah, Tujuan dan Kegunaan
Penelitian, Hipotesis, Metode Penelitian, Metode Analisis Data, Peralatan
Analisis, serta Sistematika Penulisan.
BAB II STUDI
KEPUSTAKAAN
Berisikan Pengertian Persediaan, Jenis-jenis Persediaan,
Fungsi Persediaan, Biaya-biaya Persediaan, Tujuan Pengendalian Persediaan,
Pengertian Metode EOQ
BAB III HASIL
PENELITIAN
Berisikan tentang Sistem Persediaan, Langkah-langkah
pemesanan dan Biaya-biaya Persediaan
Bab IV PEMBAHASAN
Berisikan Analisis Sistim Persediaan,
Analisis Biaya dengan Metode EOQ.
BAB V KESIMPULAN
DAN SARAN-SARAN
Berisikan
kesimpulan dan beberapa saran yang diambil dari bab-bab terdahulu.
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
A. Pengertian Persediaan
Perusahaan harus bijak dalam mengendalikan
persediaannya, baik persediaan bahan mentah, bahan penolong, bahan setengah
jadi, maupun bahan jadi. Hal ini dimaksudkan agar adanya kestabilan dalam persediaan
tersebut.
Dibawah ini beberapa pengertian mengenai Persediaan
(Inventory) yaitu sebagai berikut:
Sumayang mengatakan (2003:197)
Inventori atau persediaan merupakan simpanan material yang berupa bahan mentah,
barang dalam proses dan barang jadi. Dari sudut pandang sebuah perusahaan maka
persediaan adalah sebuah investasi modal yang dibutuhkan untuk menyimpan
material pada kondisi tertentu.
Menurut Kusuma (2002:131)
Persediaan didefinisikan sebagai barang yang disimpan untuk digunakan atau
dijual pada periode mendatang. Persediaan dapat berbentuk bahan baku yang
disimpan untuk diproses, komponen yang diproses, barang dalam proses pada
proses manufaktur, dan barang jadi yang disimpan untuk dijual.
Handoko (2000:333) istilah
persediaan (inventory) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala
sesuatu atau sumber daya-sumber daya organisasi yang disimpan dalam
antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan.
Dari
pengertiaan diatas dapat diketahui bahwa persediaan merupakan salah satu
kegiatan dari urutan kegiatan-kegiatan yang dilakukan, saling berkaitan satu
dengan yang lainnya didalam melakukan operasi produksi perusahaan sesuai dengan
apa yang telah direncanakan.
B. Jenis-Jenis Persediaan
Berbagai jenis persediaan dapat
ditemukan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Setiap jenis mempunyai
karakteristik khusus tersendiri dan cara pengelolaannya yang berbeda.
Perusahaan mempertahankan 4 jenis
persediaan, menurut Render (2001:314) : (1) persediaan bahan mentah, (2)
persediaan barang-dalam-proses (Work-in-process – WIP), (3) Persediaan MRO
(perlengkapan pemeliharaan/ perbaikan / operasi), dan (4) persediaan barang
jadi.
Menurut Handoko (2000:334)
persediaan dapat dibedakan atas :
1.
Persediaan bahan mentah (raw materials), yaitu
persediaan barang-barang berujud-seperti baja, kayu, dan komponen lainnya –
yang digunakan dalam proses produksi.
2.
Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased
parts/components), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari
komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung
dapat dirakit menjadi suatu produk.
3.
Persediaan bahan pembantu atau
penolong (supplies), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam
proses produksi, tetapi tidak merupakan
bagian atau komponen barang jadi.
4.
Persediaan barang dalam proses (work in process),
yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian
dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih
perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.
5.
Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu
persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik
dan siap untuk dijual atau dikirim kepada langganan.
Jenis-jenis persediaan adalah membagi-bagi atau
mengelompokkan persediaan barang mulai dari bahan mentah sampai dengan bahan
jadi yang siap untuk dipasarkan.
C. Fungsi Persediaan
Efesiensi operasional suatu
organisasi dapat ditingkatkan karena berbagai fungsi penting persediaan.
Menurut Handoko (2000:335) Fungsi persediaan itu
sendiri adalah sebagai berikut:
Fungsi
“Decoupling”
Fungsi penting
persediaan adalah memungkinkan operasi-operasi perusahaan internal dan
eksternal mempunyai “kebebasan” (independence), Persediaan “decouples” ini
memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung
pada supplier.
Fungsi “Economic Lot Sizing”
Melalui
penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan membeli sumber
daya-sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi biaya-biaya per unit.
Persediaan “lot size” ini perlu mempertimbangkan “penghematan-penghematan”
(potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit lebih murah dan sebagainya)
karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar,
dibanding dengan biaya –biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya
sewa gudang, investasi, risiko, dan sebagainya).
Fungsi Antisipasi
Sering perusahaan
menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasar
pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (seasonal
investories).
Menurut Kusuma (2002:132), yang
mengatakan fungsi persediaan adalah merupakan perencanaan pengendalian
persediaan yang berguna untuk menjadikan
proses produksi dan pemasaran stabil.
Selanjutnya Render & Heizer
(2001:314), Persediaan (Inventory) dapat memiliki berbagai fungsi penting yang
menambah fleksibilitas dari operasi suatu
perusahaan. Ada enam penggunaan persediaan,
yaitu:
1.
Untuk memberikan suatu stok
barang-barang agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan timbul dari
konsumen.
2.
Untuk memasangkan produk dengan distribusi
3.
Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah, karena pembelian dalam
jumlah besar dapat secara substansial menurunkan biaya produksi
4.
Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan
perubahan angka
5.
Untuk menghindari dari kekurangan stok yang dapat
terjadi karena cuaca, kekurangan pasokan, masalah mutu, atau pengiriman yang
tidak tepat.
6.
Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan
baik dengan menggunakan “barang-dalam-proses” dalam persediaannya.
Jadi fungsi persediaan
dimaksudkan adalah untuk menjaga kestabilan akan berbagai jenis persediaan.
D. Biaya-Biaya Persediaan
Dalam pembuatan setiap keputusan yang akan
mempengaruhi besarnya (jumlah) persediaan, biaya-biaya variabel berikut ini
harus dipertimbangkan.
Menurut Handoko (2000:336), biaya-biaya yang timbul
dengan adanya persediaan, yaitu:
Biaya penyimpanan. Biaya penyimpanan (holding
costs atau carrying costs) terdiri atas baiya-biaya yang bervariasi secara
langsung dengan kuantitas persediaan.
Biaya pemesanan (pembelian). Setiap kali
suatu bahan dipesan, perusahaan menanggung biaya pemesanan (order costs atau
procurement costs)
Biaya penyiapan (manufacturing). Bila
bahan-bahan tidak di beli, tetapi
diproduksi sendiri “dalam pabrik” perusahaan, perusahaan menghadapi biaya
penyiapan (setup costs) untuk memproduksi komponen tertentu.
Biaya kehabisan atau kekurangan
bahan. Dari semua biaya-biaya yang berhubungan dengan tingkat
persediaan, biaya kekurangan bahan (shortage costs) adalah yang paling sulit
diperkirakan.
Selanjutnya
Sumayang (2003:203) mengatakan struktur biaya inventori adalah:
a.
Item cost atau biaya per unit
Biaya untuk
membeli atau membuat masing-masing item. Biaya item keseluruhan
dihitung dari hasil kali biaya setiap unit dengan jumlah yang dibeli atau yang
diproduksi.
b.
Ordering Cost atau biaya penyiapan pemesanan
Biaya ini
termasuk antara lain:
-
Biaya pembuatan perintah pembelian atau purchased
order
-
Pengiriman pemesanan
-
Biaya transpor
-
Biaya penerimaan atau Receiving cost
c.
Carrying cost atau biaya pengelolaan inventori
Biaya ini
termasuk antara lain:
-
Cost of capital
-
Cost of storage
d.
Cost of obsolescence, deterioration and loss atau biaya resiko kerusakan dan
kehilangan.
e. Stockout cost atau biaya akibat kehabisan
persediaan.
Dari berbagai definisi diatas mengatakan bahwa biaya
persediaan timbul dikarenakan
adanya persediaan, dan tidak semua biaya harus dipertimbangkan,
melainkan hanya yang jumlahnya berubah-ubah dengan titik pemesanan juga jumlah
pemesanan.
E. Tujuan Pengendalian Persediaan
Pentingnya pengendalian bahan baku bagi perusahaan karena dapat mengambil
tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa semua sumber daya perusahaan
dipergunakan dengan cara seefektif dan seefisien mungkin untuk mencapai tujuan
perusahaan.
Menurut Gasperz (2001:227), tujuan utama dari
pengendalian produksi dan inventori, yaitu:
1.
Memaksimumkan tingkat pelayanan pelanggan (customer
service level), dimana sasaran untuk tingkat pelayanan (service level) harus ditetapkan dan
performansi diukur untuk menjamin bahwa pelayanan telah diberikan secara tepat.
2.
Meminimumkan investasi (inventory invesment), dimana
pengendalian yang baik akan dicapai aliran produksi yang mulus (smoot
production flow) dengan inventori minimum dalam pabrik dan waktu tunggu yang
pendek (short lead time).
3.
Efisiensi operasi (operating efficiencies), dimana
ongkos-ongkos manufakturing harus diminimumkan guna memperoleh harga
kompetitif.
Kusuma (2002:2), tujuan pengendalian persediaan (produksi)
dalam aktivitas produksi adalah sebagai berikut:
a.
Meramalkan permintaan produk yang ditanyakan dalam
jumlah produk sebagai fungsi dari waktu
b.
Menetapkan jumlah dan saat pemesanan bahan baku serta komponen
secara ekonomis dan terpadu
c.
Menetapkan keseimbangan antara tingkat kebutuhan
produk, teknik pemenuhan pemesanan, serta memonitor tingkat persediaan produk
dari setiap saat, membandingkannya dengan rencana persediaan, dan melakukan
revisi atas rencana produksi pada saat yang ditentukan.
d.
Membuat jadwal produksi, penugasan, pembebanan mesin
dan tenaga kerja yang terperinci sesuai dengan ketersediaan kapasitas dan
fluktuasi permintaan pada suatu periode.
Tujuan pengendalian persediaan dapat mempengaruhi
proses produksi untuk melaksanakan sesuai dengan sasaran yang diinginkan oleh
perusahaan.
F. Pengertian Metode EOQ
Metode manajemen persediaan yang paling terkenal adalah model-model Economic Order Quantity (EOQ) atau Economic Lot Size (ELS). Metode ini dapat digunakan untuk barang yang di beli maupun yang diproduksi sendiri. Model EOQ adalah model yang digunakan untuk barang yang dibeli sedangkan ELS digunakan untuk barang–barang yang diproduksi secara internal.
Metode jumlah pemesanan ekonomis atau Economic
Order Quantity atau EOQ menurut Sumayang (2003:2006), metode ini disebut juga
dengan metode ukuran lot atau lot size method yang digunakan untuk pengelolaan
independent demand inventory.
Menurut Kusuma (2002:136), Tingkat pemesanan yang meminimasi biaya
persediaan keseluruhan dikenal sebagai model EOQ.
EOQ juga merupakan suatu
sistem yang relatif mudah digunakan dalam penentuan jumlah dan kapan pemesanan
dilakukan. Metode ini sering juga disebut dengan metode ukuran Lot Size metode
yang digunakan pengelolaan independent demand inventori.
Menurut Handoko (2000:10),
salah satu penggunaan pertama pendekatan kuantitatif dalam manajemen
operasional terjadi pada tahun 1915, ketika F.W.Haris mengembangkan suatu rumus
economic order quantity (EOQ) untuk manajemen persediaan. Kemudian pada tahun
1931 shewhart mengembangkan model kuantitatif yang digunakan dalam manajemen
kualitas, kemudian dalam tahun 1931 Stewhart mengembangkan model-model
keputusan kuantitatif untuk digunakan dalam manajemen kualitas. Dalam tahun
1947 George Dantzig mengemukakan metode simpleks linier programming.
Dan dari penjelasan diatas dapat
diketahui bahwa metode EOQ adalah suatu metode atau tehnik yang digunakan oleh
suatu perusahaan dalam menentukan jumlah perusahaan dan kapan pemesanan dapat
dilakukan.
Sedangkan untuk melakukan penghitungan terhadap
persediaan menurut Handoko (2000:375) digunakan 4 metode, yaitu:
1.
Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP), Penggunaan MPKP
atau disebut “first in first out” (Fifo) yaitu unit pertama bahan akan dinilai dengan
harga pertama masuk.
2.
Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP), Penggunaan
MTKP atau “Last in first out” (Lifo) artinya unit pertama bahan akan dinilai
dengan harga terakhir.
3.
Harga rata-rata tertimbang (weighted average cost)
yaitu total nilai harga barang dibagi dengan total unit barang.
4.
Harga standard (standard cost). Nilai persediaan
ditentukan atas dasar standard yang telah ditetapkan.
Metode ini akan
menghasilkan gambaran biaya produk yang berbeda-beda. Ini berarti laba yang
dihitung berbeda, dan ini mempengaruhi pajak perusahaan.
BAB III
HASIL PENELITIAN
A.
Pembagian
Fungsi dan Tugas Karyawan dalam Penanganan Persediaan Obat.
Dalam mencapai tujuan yang diinginkan yaitu jumlah
persediaan obat-obat yang stabil, maka perusahaan melaksanakan kegiatan secara
teratur dengan membentuk satu kesatuan dalam fungsi dan tugas para karyawan
yaitu untuk masing-masing bagian adalah sebagai berikut :
a. Bagian
pengadaan barang
Pengadaan
barang merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam hal persediaan dan
penjualan, karena bila pengadaan barang tidak dilakukan pada waktunya maka
proses penjualan dapat terganggu bahkan terhenti. Kegiatan penyediaan terhadap
pengadaan barang tersebut dilaksanakan oleh petugas pengadaan barang.
b. Bagian
Gudang
Sistim pemasukan barang yang dilakukan oleh pihak petugas
pengadaan barang setelah barang tiba langsung ditempatkan di dalam gudang yang
selanjutnya petugas gudang bertanggung jawab menyusun pada rak atau tempat yang
telah ada.
c. Bagian
tata usaha
Bagian ini bertanggung jawab pada kegiatan administrasi dan
keuangan.
d. Bagian
Peracik Obat
Bagian ini bertanggung jawab pada peracikan obat-obatan dan
penjualan
Untuk jam kerja yang diterapkan pada
Apotek Medan Kota Langsa adalah dengan menggunakan Shift, adapun Shift pertama
mulai pukul 8.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB, sedangkan Shift kedua masuk
mulai pukul 14.00 WIB sampai dengan pukul 21.00 WIB. Untuk hari minggu tidak
menggunakan Shift buka mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 20.00 WIB atau
yang disebut dengan “Apotek Jaga”.
B.
Sistim Persediaan
Pada Apotek Medan di Kota Langsa, menetapkan suatu
sistim untuk mengelola persediaan obat, yang dilaksanakan secara teratur yaitu
dengan mengatur sekelompok orang atau bagian-bagian yang saling tergantung
dalam organisasi ini seperti yang telah
diuraikan diatas demi membentuk satu kesatuan secara menyeluruh untuk mencapai
suatu tujuan yaitu persediaan obat yang terkendali.
Sistim pengendalian persediaan obat pada Apotek Medan
Kota Langsa adalah dengan cara mengawasi keluaran obat, membandingkan apa yang
sesungguhnya dengan yang direncanakan dan mengambil tindakan perbaikan secara
terus menerus terhadap persediaan obat.
Dalam melakukan pemesanan obat
yang diperlukan, Apotek Medan Kota Langsa melakukan pemesanan secara langsung
kepada distributornya. Bisa juga melalui para sales/salesmen yang datang ke
Apotek untuk menawarkan obat yang diperlukan.
Apotek Medan Kota Langsa dalam
melakukan perhitungan terhadap persediaan obat menggunakan metode FIFO (First
In First Out). Dimana harga barang yang telah dijual dinilai berdasarkan harga
pembelian barang yang telah dahulu masuk. Dengan demikian persediaan akhir
dinilai menurut harga pembelian akhir barang yang masuk.
C.
Langkah-langkah Pemesanan Persediaan
Di dalam melakukan kebijakan
penyimpanan persediaan obat pada Apotek Medan Kota Langsa dilakukan beberapa
langkah, dalam hal ini menetapkan jumlah persediaan. Langkah yang dilaksanakan di Apotek Medan Kota Langsa dalam melakukan
penyimpanan persediaan berdasarkan atas waktu pemesanan.
Untuk melakukan pengisian kembali
persediaan terdapat perbedaan waktu antara saat mengadakan pemesanan untuk
menggantikan atau mengisi kembali persediaan saat penerima obat tersebut
diterima dan dimasukkan ke dalam persediaan.
Akan tetapi langkah terpenting
adalah dengan cara terlebih dahulu merincikan mengenai pemakaian obat tertinggi
pada Apotek Medan Kota Langsa. Agar dapat mengetahui atau
meramalkan jumlah suplai obat-obatan.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai tingkat
pemakaian obat tertinggi pada Apotek Medan Di Kota Langsa dapat dilihat pada
Tabel III-1 berikut ini.
TABEL III-1
|
|||||||||
TINGKAT
PEMAKAIAN OBAT TERTINGGI
|
|||||||||
PADA APOTEK MEDAN KOTA LANGSA
|
|||||||||
TAHUN 2000-2004
|
|||||||||
No
|
Jenis Obat
|
Tahun
|
|||||||
(botol/order)
|
|||||||||
2000
|
2001
|
2002
|
2003
|
2004
|
|||||
1
|
Cimetidine 200mg
|
85
|
87
|
91
|
91
|
106
|
|||
2
|
Glyceryl guaiacolate 100mg
|
93
|
88
|
88
|
89
|
97
|
|||
3
|
Erithormycin 250mg/5ml
|
84
|
90
|
96
|
92
|
105
|
|||
4
|
Paracetamol 125mg/5ml
|
84
|
86
|
88
|
101
|
115
|
|||
Sumber : Apotek
Medan Kota Langsa, 2005.
|
|
|
|
Dari tabel III-1 diatas dapat
dijelaskan bahwa selama periode tahun 2000 sampai dengan 2004, pengeluaran obat
dengan jumlah pengeluaran tertinggi, sering terjadi pada keempat jenis obat
berupa Cimetidine 200mg, Glyceryl guaiacolate 100mg, Erithormycin
250mg/5ml, dan Paracetamol 125mg/5ml.
Adapun langkah terpenting dalam
setiap kali pemesanan adalah dengan memperhatikan tingkat persediaan yang masih
ada, hal ini dimungkinkan agar tingkat pemesanan kembali disesuaikan dengan
kebutuhan yang sebenarnya dimasa mendatang.
Dengan melihat jumlah persediaan obat
pada Apotek Medan Kota Langsa yang telah digunakan selama periode 2000 sampai
dengan 2004 dapat dilihat pada Tabel III-2 berikut ini.
TABEL III-2
JUMLAH PERSEDIAAN OBAT
PADA APOTEK MEDAN KOTA LANGSA
TAHUN 2000– 2004
No
|
Nama
Obat
|
Tahun
(botol)
|
||||
2000
|
2001
|
2002
|
2003
|
2004
|
||
1
2
3
4
|
Cimetidine 200mg
Glyceryl guaiacolate 100mg
Erythormycin 250mg/5ml
Paracetamol 125mg/5ml
|
1.025
1.215
996
987
|
1.064
1.102
1.152
1.035
|
1.165
1.094
1.290
1.105
|
1.290
1.115
1.199
1.445
|
1.573
1.335
1.562
1.852
|
|
Total
|
4.223
|
4.353
|
4.654
|
5.049
|
6.322
|
Sumber : Apotek Medan Kota Langsa, 2005.
Berdasarkan Tabel III-2 tersebut
diatas dapat diketahui bahwa penggunaan obat di Apotek Medan Kota Langsa setiap
tahunnya bervariasi dan mengalami fluktuasi (naik turun), walaupun dapat
dilihat pada jenis obat Paracetamol 125mg/5ml yang selalu mengalami kenaikan
selama periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2004, tetapi secara rata–rata
masih belum stabil.
Agar
tidak terjadinya hambatan
diakibatkan karena kekurangan ataupun kelebihan
obat, maka persediaan obat pada
Apotek Medan Kota Langsa harus mampu memprediksi atau meramalkan kebutuhan
pasar atau masyarakat terhadap kebutuhan obat, khususnya masyarakat kota Langsa. Perusahaan
khususnya pimpinan harus lebih bijaksana dalam pengadaan obat dan harus dapat
menyesuaikan persediaan obat dengan kebutuhan masyarakat, hal ini dimaksud agar
perusahaan dapat melayani permintaan masyarakat secara lancar.
Langkah-langkah pemesanan
persediaan pada Apotek Medan Kota Langsa selanjutnya adalah dengan melakukan
pengendalian pemesanan setiap kali persediaan obat diperkirakan akan habis. Dari keterangan yang diperoleh melalui observarsi yang dilakukan serta
hasil penelitian diperoleh bahwa pemesanan obat yang dilakukan selama periode
tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 adalah 2 sampai 5 kali pemesanan.
Apabila tingkat penggunaan atau penjualan obat relatif
kecil, maka persediaan obat yang terlalu besar akan mengakibatkan besarnya
biaya pengeluaran yang tidak produktif atau terjadi pemborosan-pemborosan dana.
Dalam hal ini untuk melakukan
pemesanan diperlukan suatu koordinasi dengan bagian terkait, karena di Apotek
Medan Langsa setiap melakukan pemesanan selalu diketahui oleh Pimpinan Apotek. Hal
ini jelas terlihat bahwa semua biaya yang dikeluarkan dikendalikan oleh
pimpinan Apotek, jadi bagian pembelian hanya berwenang mengajukan dana.
D. Biaya-biaya Persediaan
Sehubungan dengan persediaan obat
tentu akan menimbulkan biaya-biaya, Apotek Medan Kota Langsa dalam proses
persediaan obat selain dengan pembelian obat juga harus mengeluarkan biaya
pemesanan.
Adapun biaya –biaya yang harus
dikeluarkan oleh Apotek Medan Kota Langsa adalah sebagai berikut:
1. Item Cost atau biaya per unit ( C ) yaitu biaya untuk membeli atau masing-masing item (obat).
2. Ordering Cost ( S ) atau biaya penyiapan pemesanan, biaya ini termasuk
antara lain:
-
Biaya pembuatan perintah
pembelian atau puchase order
-
Pengiriman pemesanan
-
Biaya penerimaan atau
receiving cost
3. Carrying Cost atau biaya pengelolaan inventori ( i ) yaitu biaya yang
dihitung untuk menyimpan inventori untuk suatu periode waktu tertentu.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
tabel berikut mengenai rincian biaya-biaya persediaan yang dikeluarkan akibat
pemesanan bahan obat pada Apotek Medan Kota Langsa periode 2000-2004.
TABEL III-3
BIAYA-BIAYA PERSEDIAAN PADA
APOTEK MEDAN KOTA LANGSA
TAHUN 2000-2004
(botol)

Tabel III-3
tersebut menjelaskan bahwa biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan
total biaya pemesanan ( S ) selama lima tahun terakhir yaitu sebesar Rp14.215,-
dan biaya per unit ( C ) sebesar Rp375,- dengan biaya pengelolaan per tahun ( i
) sebesar Rp54,-sedangkan biaya rata-rata selama periode 2000-2004 untuk biaya
pemesanan ( S ) adalah sebesar Rp2.843,-,
biaya perunit ( C ) Rp75,- biaya pengelolaan pertahun ( i ) adalah
sebesar Rp11,-.
Selama lima periode tersebut perusahaan penjualan obat
Apotek Medan Kota Langsa ini telah mengeluarkan biaya-biaya yang mana total
pengeluaran seluruh biaya tersebut dapat dilihat pada Tabel III-4. Tabel
tersebut menggambarkan mengenai realisasi biaya yang dikeluarkan oleh Apotek
Medan Kota Langsa yang diakibatkan oleh adanya persediaan obat selama periode
2000 – 2004.
TABEL III-4
BIAYA YANG DIKELUARKAN
DALAM PERSEDIAAN OBAT
PADA
APOTEK MEDAN KOTA LANGSA
TAHUN 2000 – 2004
(botol)
No
|
Jenis Obat
|
Biaya yang dikeluarkan Perusahaan
|
||||
(Rp.)
|
||||||
2000
|
2001
|
2002
|
2003
|
2004
|
||
1
|
Cimetidine 200mg
|
75.305
|
76.852
|
79.541
|
84.521
|
95.462
|
2
|
Glyceryl guaiacolate 100mg
|
80.256
|
79.642
|
76.894
|
75.482
|
86.452
|
3
|
Erithormycin 250mg/5ml
|
72.015
|
77.520
|
83.458
|
86.540
|
95.752
|
4
|
Paracetamol 125mg/5ml
|
69.542
|
74.652
|
77.684
|
91.478
|
105.061
|
Sumber : Apotek Medan
Kota Langsa, 2005
Tabel III-3 menunjukkan realisasi
biaya persediaan obat yang telah
dikeluarkan oleh Apotek Medan Kota Langsa dari tahun 2000 sampai tahun 2004
adalah tidak tetap (berubah-ubah) sesuai dengan situasi dan kondisi persediaan
obat di perusahaan tersebut.
BAB IV
PEMBAHASAN
A.
Analisis
Sistem Persediaan
Kegiatan persediaan sebenarnya tidak terbatas pada
penetapan atau perencanaan dan tingkat komposisi perusahaan, tetapi juga
termasuk pengaturan dan pengadaan bahan-bahan yang diperlukan sesuai jumlah dan
waktu yang dibutuhkan. Menjamin tercapainya tujuan yang diinginkan diperlukan
jalan dengan mengadakan pemeriksaan mulai dari bahan mentah sampai barang jadi.
Dengan demikian diharapkan dapat mengantisipasi terjadinya
penyimpangan-penyimpangan yang tidak diharapkan, dan selanjutnya diarahkan pada
tujuan yang hendak dicapai.
Apotek Medan Kota Langsa yang menjual produknya tidak
terlepas dari kekurangan akan persediaan obat, oleh sebab itu perusahaan ini
harus selalu memiliki persediaan obat untuk mempermudah atau memperlancar
aktivitasnya sehari-hari. Lancarnya aktivitas pada Apotek Medan Kota Langsa ini
juga akan menaruh kepercayaan pelanggan karena produk/barang yang dibutuhkan
selalu ada. Sebab dalam aktivitas sehari-hari
unsur persediaan obat memegang peranan yang sangat penting bagi perusahaan.
Oleh karena itu pimpinan
perusahaan perlu membuat perencanaan dan pengawasan yang baik dalam menentukan
pengendalian jumlah persediaan obat yang dibutuhkan untuk masyarakat. Bagi
pimpinan di perusahaan yang menangani masalah persediaan akan dihadapkan pada
dua masalah yang saling bertentangan. Permasalahan pertama adalah biaya
pemesanan produk (berupa obat) akan menjadi lebih tinggi jika perusahaan
melakukan pemesanan dalam frekuensi yang cukup tinggi pula. Masalah kedua yang
akan dihadapi kebalikannya yaitu jika pemesanan dilakukan sekaligus dalam
jumlah yang banyak, maka biaya penyimpanan menjadi lebih tinggi.
Demikian juga dalam permasalahan
ini persediaan obat tidak dikelola dengan sebaik-baiknya maka biaya-biaya yang
semestinya tidak perlu dikeluarkan, tapi harus dikeluarkan juga oleh
perusahaan.
Oleh karena itu Apotek Medan Kota
Langsa dalam melakukan proses pengadaan persediaan obat haruslah benar-benar
dipertimbangkan dan diperlukan pengendalian yaitu dengan cara mentargetkan
jumlah obat setiap bulan atau setiap tahunnya. Hal ini dimaksudkan agar biaya
pemesanan lebih kecil, dan biaya keseluruhan akibat adanya persediaan akan
lebih besar.
Apotek Medan Kota Langsa dalam
proses persediaan obat-obatan setiap bulan atau setiap tahunnya mempunyai
target pemesanan. Ini disebabkan karena obat lebih banyak dipesan secara
langsung kepada distribusinya walaupun ada sebagian kecil jenis obat yang
dipesan melalui para distributor yang datang ke Apotek.
Dari data pada tabel IV-1 ( lampiran I) mengatakan bahwa hasil
pengurangan perbandingan antara persediaan dengan tingkat pemakaian obat di
Apotek Medan Kota Langsa belum dapat dikendalikan dengan baik terbukti dengan
adanya tingkat persediaan obat yang tersisa di gudang relatif besar.
Mengenai tingkat persediaan obat
di gudang harus tepat dalam pelaporan karena hal ini bertujuan untuk mengetahui
hasil dari pengurangan antara persediaan rata-rata dengan pemakaian obat di
Apotek Medan Kota Langsa.
![]() |
Pada Perusahaan Apotek Langsa Kota Medan setelah menentukan berapa yang akan dipesan kemudian menentukan kapan pemesanan akan dilakukan dengan mengacu pada kebutuhan akan permintaan obat per hari. Hal tersebut dapat diinformasikan pada Tabel IV-2 berikut ini.
Berdasarkan pada Tabel IV-2 tersebut
dapat diketahui bahwa pada tahun 2000 tingkat pemesanan obat perhari sebanyak
14 unit dan pada saat tingkat persediaan turun ke tingkat 42 unit, maka
perusahaan harus melakukan pemesanan ulang. Pesanan ini akan tiba dalam waktu 3
hari, tepat pada saat persediaan perusahaan sudah habis. Demikian pula pada tahun-tahun berikutnya.
B.
Analisis Biaya dengan Metode EOQ
Perusahaan dalam menjalankan usahanya
tentu akan mengeluarkan beragam biaya, termasuk biaya dalam hal pengendalian
persediaan baik itu pemesanan maupun penyimpanan bahan. Biaya-biaya yang dikeluarkan khususnya untuk pengendalian
persediaan bahan dalam hal ini obat tergantung pada besar kecilnya atau sering
tidaknya bahan dipesan, Jika bahan terlalu sering dipesan maka sudah tentu
biaya yang dikeluarkan akibat pemesanan akan lebih banyak demikian pula sebaliknya.
Untuk mengetahui sampai sejauh
mana pemesanan obat yang telah dilakukan dan persentase setiap tahunnya dapat
dilihat pada tabel IV-3 berikut.
TABEL IV-3
|
|||||||||||
HASIL PERHITUNGAN EOQ DARI PERSENTASE
|
|||||||||||
KENAIKAN DAN PENURUNAN OBAT PADA
|
|||||||||||
APOTEK
MEDAN KOTA LANGSA
|
|||||||||||
TAHUN 2000-2004
|
|||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
No
|
Jenis Obat
|
Tahun
(botol/order)
|
Kenaikan & Penurunan (%)
|
||||||||
2000
|
2001
|
2002
|
2003
|
2004
|
2000
|
2001
|
2002
|
2003
|
2004
|
||
1
|
Cimetidine 200mg
|
85
|
87
|
91
|
91
|
106
|
100,00
|
101,88
|
104,64
|
105,23
|
110,43
|
2
|
Glyceryl guaiacolate 100mg
|
93
|
88
|
88
|
89
|
97
|
100,00
|
95,24
|
99,64
|
100,96
|
109,42
|
3
|
Erythormycin 250mg/5ml
|
84
|
90
|
96
|
92
|
105
|
100,00
|
107,55
|
105,82
|
96,41
|
114,14
|
4
|
Paracetamol 125mg/5ml
|
84
|
86
|
88
|
101
|
115
|
100,00
|
102,40
|
103,33
|
114,35
|
113,21
|
Jumlah
|
346
|
351
|
363
|
378
|
423
|
100,00
|
101,60
|
103,36
|
104,09
|
111,84
|
|
Sumber : Tabel III-1 (diolah)
|
|
|
|
|
|
|
|
Dengan melihat tingkat pemesanan obat
yang dilakukan pada tahun 2000 sampai 2004 terus terjadi kenaikan pemesanan
pada tabel diatas maka dapat diketahui jumlah pemesanan tahun 2000 sebesar 346
botol per order. Pada tahun 2001 persentase sebesar 101,60% sehingga pemesanan
menjadi 351 botol per order, tahun 2002 pemesanan sebanyak 363 botol per order
dengan tingkat persentase sebesar 103,36%,
sedangkan tahun 2003 tingkat pemesanan obat yaitu 104,09% atau menjadi 378
botol per order demikian juga pada tahun 2004 peningkatan pemesanan ditunjukkan
oleh persentase yaitu 100,29%, atau pemesanan adalah sebesar 423 botol per
order.
Selama periode 2000-2004 terus
menerus terjadi kenaikan tingkat pemesanan (perhitungan persentase selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran II), sehingga persediaan obat pada Apotek Medan
Kota Langsa dapat dikatakan tinggi yang mengakibatkan terjadinya pemborosan
sehingga biaya total persediaan juga meningkat (lihat lampiran III) yang
menunjukkan biaya yang dikeluarkan dengan metode EOQ.
Akibat persediaan obat pada Apotek
Medan Kota Langsa tersebut yaitu dengan menggunakan persamaan EOQ yang mana
didalamnya dapat dianalisa bahwa biaya total persediaan perusahaan yang tinggi
dan jauh berbeda dengan biaya persediaan jika menggunakan metode EOQ yaitu pada
tahun 2000 Perusahaan Apotek Medan Kota Langsa boros biaya sebesar Rp19.746,-,
pada tahun 2001 sebesar Rp26.852,-, pada tahun 2002 sebesar Rp26.283,-, tahun
2003 sebesar Rp34.803,- dan 2004 sebesar Rp43.605,- sehingga dapat dianalisa
biaya persediaan obat belum sesuai dengan metode EOQ dan terjadi pemborosan
dana investasi selama tahun 2000 sampai dengan 2004 yaitu total pemborosan dana
sebesar Rp151.289,-. Sehingga dari perhitungan yang telah dilakukan tersebut
dapat dikatakan bahwa besarnya persediaan obat menyebabkan tingginya biaya
total yang harus dikeluarkan oleh Apotek Medan Kota Langsa.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian analisa dan
evaluasi maka dapat diambil kesimpulan mengenai analisis persediaan obat pada
Apotek Medan Kota Langsa adalah sebagai berikut:
1. Biaya total persediaan perusahaan yang tinggi dan jauh berbeda dengan
biaya persediaan jika menggunakan metode EOQ yaitu pada tahun 2000 - 2004,
Perusahaan Apotek Medan Kota Langsa boros biaya sebesar Rp19.746,-, Rp26.852,-,
Rp26.283,-, Rp34.803,- dan Rp43.605,- sehingga biaya persediaan obat belum
sesuai dengan metode EOQ karena terjadi pemborosan dana sebesar Rp151.289,-.
2. Pengendalian persediaan obat pada Apotek Medan Kota Langsa belum
dilakukan secara baik. Terbukti pada kenaikan persentase pemesanan terhadap
obat terus meningkat sehingga terjadi penumpukan barang di gudang yang relatif
besar.
3. Dikarenakan hal tersebut diatas maka persediaan obat pada Apotek Medan
Kota Langsa dapat dikatakan tinggi yang mengakibatkan terjadinya pemborosan
sehingga biaya total persediaan juga meningkat.
4. Sehingga dari perhitungan yang telah dilakukan tersebut dapat dikatakan
bahwa hipotesa yang menyatakan besarnya persediaan obat menyebabkan tingginya
biaya total yang harus dikeluarkan oleh Apotek Medan Kota Langsa adalah
terbukti dan dapat diterima.
B.
Saran-saran
1. Hendaknya Apotek Medan Kota Langsa khususnya bagian gudang benar-benar
mempunyai keakuratan catatan persediaan sehingga dapat membantu pimpinan untuk
membuat keputusan yang tepat mengenai pemesanan, penjadwalan dan pengiriman
obat.
2. Disarankan Apotek Medan Kota Langsa dapat lebih meningkatkan perencanaan
terhadap pengendalian persediaan obat untuk dapat memperkecil biaya pemesanan
yang dikeluarkan supaya tidak terjadi fluktuasi (naik turun) terhadap
persediaan obat, sehingga terus dapat memenuhi kebutuhan obat untuk masyarakat
yang akhirnya akan meningkatkan laba perusahaan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Gaspersz, Vincent (2001), Production Planning and Inventoring Control,
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Handoko T. Hani, (2000), Dasar-dasar
Manajemen Produksi dan Operasi, BPFE, Yogyakarta
Kusuma Hendra, (2002), Perencanaan
dan Pengendalian Produksi, BPFE, Yogyakarta.
Render
Barry, Heizer Jay, (2001), Prinsip-prinsip
Manajemen Operasi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Sumayang, Lalu, (2003), Dasar-Dasar Manajemen Produksi &
Operasi, Salemba Empat, Jakarta.