ANALISIS
USAHA PEMELIHARAAN AYAM POTONG
DI
KECAMATAN MANYAK PAYED
KABUPATEN
ACEH TAMIANG
KARYA ILMIAH
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
ASMAWATI
390
017 472
MANYAK
PAYED
2006
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Dengan mengucapkan
puji syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini. Adapun Judul yang menjadi pokok pembahasan
adalah : “Analisis Usaha Pemeliharaan Ayam Potong Di Kecamatan Manyak Payed
Kabupaten Aceh Tamiang”. untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mengikuti
Ujian Penyesuaian Gelar.
Penulis selanjutnya
mengucapkan selawat serta salam kepada junjuangan kita Nabi besar Muhammad SAW
yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan ke alam yang penuh pengetahuan. Penulis menyadari dalam penulisan
ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan untuk itu penulis dengan kerendahan
hati siap menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
tulisan ini.
Pada kesempatan ini pula penulis
mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu demi selesainya
karya ilmiah ini. Atas bantuannya penulis mengucapkan terima kasih semoga Allah SWT membalas
kebaikan saudara-saudara semua. Amaiin.
Manyak Payed, 2006
Penulis
ASMAWATI
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL....................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................ iv
BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Tujuan Penelitian................................................................................. 3
B. Kegunaan Penelitian.......................................................................... 3
C. Hipotesis.............................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN................................................................... 5
A. Pengertian Ayam Potong................................................................... 5
B. Pengertian Modal................................................................................ 6
C. Pengertian Produksi........................................................................... 8
D. Berbagai Ukuran Kelayakan Usaha................................................. 9
BAB III PEMECAHAN MASALAH....................................................................... 11
A. Analisis
Biaya Yang Dikeluarkan...................................................... 11
B. Analisis Kelayakan Usaha................................................................. 14
BAB IV PENUTUP................................................................................................. 16
A. Kesimpulan.......................................................................................... 16
B. Saran-saran......................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 18
LAMPIRAN-LAMPIRAN........................................................................................... 19
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel - 1 Nilai Penyusutan Terhadap Beberapa Sarana
Produksi
Tahan Lama.................................................................... 12
Tabel - 2 Total Rincian Kebutuhan Biaya Modal Kerja
Usaha
Pemeliharaan Ayam Potong Periode
Pebruari - Maret 2003.. 13
Tabel - 3 Hasil Produksi (Panen) Ayam Potong Umur 35
Hari............ 14
DAFTAR
LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
I
Perhitungan Kelayakan Usaha.............................................. 19
BAB I
LATAR
BELAKANG MASALAH
Usaha pemeliharaan
ayam potong di Kota Kuala Simpang dan sekitarnya telah lama dilaksanakan,
bahkan belakangan ini telah banyak dipelihara baik secara perorangan di rumah
tangga dalam jumlah yang relatif terbatas, juga oleh para peternak yang telah
lama bergerak dalam usaha ini tertentunya dalam jumlah yang relatif besar.
Banyaknya para
peternak ayam potong yang ada di Kota Kuala Simpang dan sekitarnya, merupakan
suatu nilai yang positif untuk menunjang kontribusi kepada pemerintah dan
masyarakat dalam rangka ikut memenuhi permintaan pasar terhadap protein hewani
asal ternak dari hari ke hari semakin bertambah kebutuhannya.
Permintaan pasar akan
daging ayam potong dewasa ini sudah mulai dirasakan oleh para peternak,
distributor dan penyalur lainnya. Hal ini disebabkan adanya peningkatan
permintaan bibit semakin bertambah dan tingkat penjualan hasil semakin baik.
Tingkat konsumsi daging ayam potong yang dulunya kurang digemari oleh
masyarakat Aceh umumnya, akibat rasa (palatabilitas) yang kurang disenangi tapi
dewasa ini kebiasaan tersebut semakin menghilang bahkan masyarakat sudah lebih
menyenangi daging ayam potong.
Tantangan dan
problema yang dihadapi oleh para peternak ayam potong sangat komplit, mulai
dari segi teknis yaitu menyangkut dengan sistem, metode dan tatalaksana
pemeliharaan juga masalah non-teknis yaitu menyangkut segi manajemen bisnis
ekonomi yang menguntungkan. Ketergantungan penyediaan/distribusi bibit anak
ayam (DOC) dari Medan merupakan tantangan yang sangat berarti bagi para
pertenak disaat peternak butuh bibit dalam jumlah agak banyak kadang kala tidak
dapat dipenuhi oleh penyalur, disaat situasi dan kondisi ekonomi yang tidak
stabil kadang kala persediaan bibit membengkak. Kejadian ini sangat mempengaruhi
biaya/modal yang dikeluarkan sehingga tingkat pendapatan relatif tidak stabil.
Sarana produksi lain
yang tidak kalah pentingnya adalah pakan, obat-obatan/vaksin, feed suplemen,
dan peralatan lainnya yang diperlukan dalam rangka meningkatkan produktivitas
ternak ayam potong pada khususnya masih didatangkan dari Medan, sehingga semua
aspek mulai dari kualitas dan harga sangat ditentukan oleh produser atau
distributor di Medan, disamping itu biaya tataniaga juga sangat mempengaruhi
harga pada tingkat penyalur yang pada akhirnya peternak dan konsumen yang
terbebani.
Belum adanya
pengusaha plasma yang bergerak di sub sektor ini merupakan tantang yang sangat
besar bagi peternak terutama dalam segi penyediaan sarana produksi, pembinaan
dan pemasaran hasil.
Dengan adanya usaha
yang dilakukan pemerintah khususnya Dinas Peternakan, penyalur, distributor dan
lembaga terkait lainnya dalam rangka meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
(PSK) Peternak dengan harapan tingkat kesejahteraan peternak lebih baik.
Tingkat pengetahuan,
sikap, dan keterampilan peternak ayam potong di Kota Kuala Simpang dan
sekitarnya sudah mulai meningkat, walaupun masih ada diantara peternak yang
tidak menghiraukan bagaimana tata cara pemeliharaan ayam potong yang baik dan
menguntungkan sehingga berpengaruh pada pendapatan dan kelayakan usaha peternak
ayam potong. Hal ini merupakan masalah yang menimbulkan ketertarikan penulis
untuk menuangkan tulisan ke dalam suatu karya ilmiah dengan judul “Analisis
Usaha Pemeliharaan Ayam Potong Di Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang”.
- Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pendapatan dan kelayakan usaha
yang diperoleh para peternak ayam potong di Kecamatan Manyak Payed khususnya
pada lokasi penelitian. Serta bagaimana tantangan dan kendala yang dihadapi
oleh para peternak ayam potong pada khususnya, sehingga akan dicarikan solusi
masalahnya.
B. Kegunaan Penelitian
Sebagai sumbangan
pemikiran kepada para peternak ayam potong khususnya dalam usaha meningkatkan
pengetahuan tata laksana dalam memelihara ayam potong dan Dinas Peternakan
umumnya. Dan untuk melatih dan menambah wacana berfikir penulis yang berkaitan
dengan reproduksi ternak sesuai dengan bidang yang penulis tekuni sekarang ini,
dan sebagai sebagai salah satu syarat dalam rangka mengikuti ujian penyesuaian
gelar.
- Hipotesis
Adapun dugaan
sementara yang penulis perkirakan adalahbahwa usaha pemeliharaan ayam potong
dikecamatam Manyak Payed berpengaruh terhadap pendapatan.
BAB II
TINJAUAN
KEPUSTAKAAN
A. Pengertian
Ayam Potong (Broiler)
Ayam potong (broiler)
merupakan ternak yang paling ekonomis bila dibandingkan dengan ternak lain,
kelebihan yang dimiliki adalah kecepatan pertambahan/produksi daging dalam
waktu yang relatif cepat dan singkat atau sekitar 4-5 minggu produksi daging
sudah dapat dipasarkan atau dikonsumsi (Murtidjo, 2003).
Menurut Rasyat (2004)
yang dimaksud dengan ayam potong (broiler) adalah ayam yang muda jantan atau
betina yang berumur dibawah 8 minggu dengan bobot tertentu, pertumbuhan yang
cepat timbunan daging baik dan banyak.
Sedangkan menurut
Siregar (2005) menyebutkan ayam potong/broiler adalah ayam muda yang berumur
kurang dari 8 minggu, daging lembut, empuk, dan gurih dengan bobot hidup
berkisar antara 1,5 – 2,0 kg per ekor.
Pemeliharaan ayam
potong sifatnya cepat berproduksi dengan perputaran yang dapat diatur, modal
yang relatif kecil dan dapat diusahakan
lebih dekat dengan konsumen sebagai sarana pemasaran, sehingga biaya tata niaga
pemasaran dapat ditekan seefisien mungkin (Abdullah, 2003).
Selanjutnya Rasyat
(2004) menjelaskan bahwa dalam suatu usaha peternakan ayam broiler secara terpadu,
kemampuan peternak dalam berbisnis, pengelolaan dan pemahaman akan teknis beternak
harus seimbang dan selaras. Sehingga untuk menjadikan peternak sukses, peternak
harus memiliki tiga unsur yaitu teknis produksi, manajemen, dan pemasaran.
Untuk menunjang
produksi yang tinggi perlu diperhatikan tiga faktor yang saling terkait, yaitu
menggunakan bibit unggul, makanan yang memenuhi syarat dalam sistem pengelolaan
yang baik (Gaos, 2002).
B. Pengertian Modal
Dalam melakukan usaha
ternak ayam potong ini, tidak terlepas dari modal usaha yang mutlak harus
dimiliki peternak. Ada beberapa pengertian mengenai modal menurut pendapat para
ahli yaitu sebagai berikut.
Menurut Abdullah
(2003), yang dimaksud dengan modal adalah biaya yang harus disediakan dan
merupakan faktor yang sangat penting dalam menggerakkan suatu usaha. Besar
kecilnya modal akan sangat mempengaruhi tingkat keuntungan yang diperoleh. Jadi
modal merupakan sumber daya untuk suatu proses produksi. Sedangkan biaya
merupakan jumlah kompensasi yang diterima oleh pemiilik faktor produksi yang
digunakan dalam suatu proses produksi bersangkutan.
Sedangkan menurut
Dahlan (2004) menguraikan, secara umum modal dapat diartikan sebagai barang-barang
bernilai ekonomis yang digunakan untuk menghasilkan tambahan kekayaan atau
untuk meningkatkan produksi. Modal dapat dibagi kepada dua jenis yaitu:
1.
Modal
tetap (investasi) merupakan modal yang dapat tahan lama dalam proses produksi.
2.
Modal
tidak tetap (variabel) merupakan modal yang habis pakai dalam satu kali proses
produksi.
Mubyarto (2003)
menyebutkan bahwa modal merupakan faktor produksi yang terdiri dari modal
sendiri (equiy capital) dan modal pinjaman (credit), yang pada dasarnya tidak
ada perbedaan dalam proses produksi.
Selanjutnya Yocob
(2001) mengatakan bahwa biaya adalah nilai dari semua korbanan ekonomi yang
diperlukan untuk menghasilkan suatu produksi atau semua pengeluaran yang
dinyatakan dengan uang untuk menghasilkan suatu produksi. Komponen biaya yang
dimaksud adalah biaya bangunan, alat dan perkakas, tanah, bunga modal, upah
tenaga kerja, sarana produksi habis pakai dalam satu kali produksi adalah
bibit, makanan, obat-obatan dan lain-lain.
Biaya merupakan
korbanan ekonomi yang dikeluarkan dalam suatu usaha disebut juga dengan modal,
yang menjadi modal tetap yang terdiri dari biaya pembuatan kandang perawatan
barang tahan lama lainnya. Biaya ini dihitung dalam bentuk penyusutan pada
setiap periode kegiatan pertahun. Sedangkan modal kerja terjadi dari biaya
produksi habis pakai dalam setiap kali produksi atau periode pemeliharaan,
seperti biaya pembelian bibit, pakan, obat-obatan, upah tenaga kerja, perbaikan
kandang dan kebutuhan lainnya (Rahardi, 2001)
C.
Pengertian Produksi
Suatu organisasi yang didirikan pastilah menciptakan atau
memproduksikan satu atau beberapa macam produk, baik berupa barang ataupun jasa
demi memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar. Produksi tersebut haruslah tepat
sasaran maksudnya sesuai dengan permintaan pasar terhadap produk yang
ditawarkannya.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan produksi dapat
diketahui dari definisinya sebagai berikut:
Menurut Wirajaya (1999:304) produksi berkaitan dengan cara
bagaimana sumber daya (masukan) dipergunakan untuk menghasilkan produk-produk
perusahaan (keluaran).
Produksi
adalah semua kegiatan dalam menciptakan dan menambah keguanaan (utility)
sesuatu barang atau jasa, untuk kegiatan ini dibutuhkan faktor-faktor produksi
yaitu lahan, modal, tenaga kerja dan keahlian, sedangkan menajemen produksi
adalah kegiatan untuk mengatur agar dapat menciptakan baik mengenai kualitas,
kuantitas, waktu yang direncanakan maupun mengenai biaya-biayanya seminimal
mungkin (Gultom, 2002).
Menurut Adiningsih (1999:3) produksi adalah suatu proses
mengubah input menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah. Input
dapat terdiri dari barang atau jasa yang digunakan dalam proses produksi, dan
output adalah barang atau jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi.
Menurut Wirajaya (1999:304) Istilah produksi merujuk pada
lebih dari sekedar transformasi fisik dari sumber daya. Produksi melibatkan
semua kegiatan yang berkaitan dengan penyediaan barang dan jasa. Jadi pemakaian
pekerja (dari tenaga kerja yang tidak berketerampilan sampai manajemen puncak),
pelatihan personalia dan struktur organisasi yang dipergunakan untuk
memaksimumkan produktivitas semuanya merupakan bagian dari proses produksi.
Jadi produksi tidak hanya berarti proses mengubah barang
yang berujud menjadi barang lain, seperti halnya dalam suatu pabrik. Jasa
pengangkutan atau pengiriman dan penyimpanan barang juga merupakan suatu contoh
dari proses produksi karena keduanya menambah nilai.
D. Berbagai Ukuran Kelayakan Usaha
Rahardi (2001)
menguraikan bahwa ada tiga piranti atau ukuran kelayakan usaha yang bisa
digunakan utnuk menganalisis suatu usaha bisnis yaitu NPV (Net Present Value),
ROI ( Reurn of Investment), dan BEP (Break Even Point).
Nilai NPV dapat
dipengaruhi oleh tiga faktor keadaan usaha yaitu sebagai berikut:
1.
Usaha
masih dalam tahap investasi dan belum berproduksi
2.
Usaha
berada pada masa puncak produksi dan didukung oleh harga pasar yang tinggi
serta produksi lagi dibutuhkan.
3.
Usaha
berada pada masa produksi puncah yaitu pada masa permulaan dan akhir produksi
(masa istirahat/afkir).
ROI digunakan untuk
mengetahui tingkat efisiensi dari modal yang telah dikeluarkan, makin kecil
nilai ROI maka makin efisien dalam penggunaan modal usaha.
BEP dimaksudkan untuk
mengetahui titik impas yaitu usaha tidak mengalami keuntungan dan juga
kerugian.
Siregar (2005)
menambahkan Benefit Ratio Cost (B/C) Ratio merupakan salah satu ukuran kelayakan
suatu usaha yaitu hasil perbandingan anrara besarnya penerimaan dengan biaya produksi
yang harus dikeluarkan. Bila nilai R/C Ratio > 1 maka usahanya layak untuk
dilanjutkan. Bila < 1 maka usaha tidak layak dan bila = 1 maka usaha pulang
modal/pokok.
BAB III
PEMECAHAN
MASALAH
A. Analisis Biaya Yang Dikeluarkan
Produksi yang
diperoleh adalah hasil penjualan ayam potong saat panen. Sedangkan pendapatan
usaha yaitu besarnya penghasilan/produksi dikurang dengan total biaya/modal
yang dikeluarkan dan pendapatan keluarga yang merupakan kontribusi yang didapati
dari hasil usaha pemeliharaan ayam potong setelah ditambah dengan pos biaya
yang menjadi penghasilan keluarga peternak, seperti upah tenaga kerja
sendiri/keluarga dan lain-lain.
Biaya yang
dikeluarkan dan dihitung nilainya dalam usaha pemeliharaan ayam potong pada
penelitian ini adalah:
1.
Biaya
Tetap/Investasi
Adalah seluruh
biaya modal yang dibutuhkan dalam rangka pengadaan sarana produksi tahan lama
meliputi: bangunan kandang dan peralatan lainnya. Biaya ini dihitung dalam
bentuk penyusutan per tahun atau per periode pemeliharaan dalam rupiah.
Perhitungan biaya penyusutan sarana produksi tahan lama adalah nilai baru
dikurang dengan nilai sisa dibagi dengan jangka usia ekonomi, sedangkan nilai
jangka usia teknis adaah nilai sisa setelah habis jangka usia ekonomis.
Jangka usia
ekonomis suatu barang/kandang merupakan jangka waktu kelayakan ini dihitung
mulai saat keadaan kandang masih baru. Peda penelitian ini yang dihitung adalah
berapa kali/periode pemeliharaan didapati dalam setahuin atau selama waktu
jangka usia ekonomis yang ditargetkan, biaya ini dibebankan pada setiap kali
atau periode pemeliharaan.
Untuk lebih
jelasnya mengenai nilai penyusutan sarana produksi tahan lama yang dimulai
antara lain, kandang, mesin air (Dap), tempat makan, tempat minum, dan selang
air dapat dilihat pada tabel - 1 berikut:

Jadi total
biaya penyusutan terhadap beberapa jenis saran aproduksi tahan lama adalah
Rp89.098,-.
2.
Biaya
Variabel/Modal Kerja
Biaya variabel
merupakan biaya yang harus dikeluarkan dalam rangka memenuhi kebutuhan sarana
produksi habis pakai dalam satu kali/periode pemeliharaan. Sarana tersebut
antara lain; bibit, pakan, dan obat-obatan/vaksin, sekam, upah tenaga kerja, perbaikan
kandang, biaya umum dan biaya transportasi, semua ini dihitung dalam rupiah.
Pada saat
penelitian dilakukan, kebutuhan sarana produksi habis pakai/ sebagai modal
kerja dapat dilihat pada tabel-2 berikut:

Jadi total
biaya modal kerja sebesar Rp4.810.000,- yang terdiri dari delapan pos biaya
yang dikeluarkan seperti yang tersebut diatas.
3.
Total
Pengeluaran Biaya Yang Dibutuhkan
Total biaya
yang dibutuhkan dalam satu periode pemeliharaan ayam potong selama 35 hari
adalah tetap sebesar Rp89.098,- ditambah dengan biaya produksi sebesar
Rp4.810.000,- sehingga total keseluruhan menjadi Rp4.899.098,-.
4.
Produksi/Penerimaan
Produksi utama
pada usaha pemeliharaan ayam potong adalah produksi daging, baik dalam bentuk
berat badan hidup atau berat karkas dan produksi sampingan berupa pupuk
kandang. Seperti dijelaskan pada tabel – 3 berikut.

Jadi hasil
produksi ayam potong mempunyai nilai jual sebesar Rp6.840.000,-.
5.
Pendapatan
Tingkat
pendapatan yang diperoleh dalam satu periode usaha pemeliharaan ayam potong
adalah total penerimaan dari produksi yang yaitu sebesar Rp6.840.000 dikurangi
dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp4.899.098,- Sedangkan pendapatan
keuntungan peternak/pengelola setelah ditambahkan dengan upah tenaga kerja
sendiri Rp262.500 yaitu menjadi Rp2.203.402,-.
B. Analisis Kelayakan Usaha
Analisis kelayakan
usaha sesuai dengan yang dikemukaan oleh Rahardi (2001), adalah sebagai
berikut:
1.
Net
Present Value (NPV) diperoleh nilai sebesar Rp1.940.902,- yang mana angka ini
mengindikasikan bahwa usaha yang dilakukan adalah menguntungkan.
2.
Return
Of Invesment (ROI) nilai diperoleh sebesar
0,40 hal ini memberikan arti bahwa tingkat penggunaan modal usaha berada
pada posisi sangat efisien atau lebih kecil dari pada 1 maksudnya adalah makin
kecil nilai ROI maka makin efisien dalam penggunaan modal.
3.
Break
Even Point (BEP) diperoleh hasil perhitungan berdasarkan alat analisis yaitu
sebesar Rp3.452.795,- yang menyatakan bahwa pada perolehan pendapatan sebesar
Rp3.452.795,- usaha pemelihaan ayam potong tersebut tidak dalam keadaan untung
atau rugi dalam arti kata berada pada titik impas atau pulang pokok.
4.
Benefit
Cost (B/C) Ratio diperoleh angka sebesar 1,40 yang mengartikan bahwa nilai
tersebut berada diatas 1 yang mana usaha ternak ayam potong ini layak untuk
dilanjutkan.
BAB IV
PENUTUP
- Kesimpulan
1.
Total
biaya produksi ayam potong adalah sebesar Rp4.810.000,- yang terdiri dari biaya
penyusutan Rp89.098,- dan biaya modal Rp4.899.098,-.
2.
Total
penerimaan hasil panen sebesar Rp6.840.000,- yaitu dari hasil penjualan 490
ekor ayam potong dengan total beratnya sebesar 720kg dan dengan harga per kilogram
adalah Rp9.500,-.
3.
Pendapatan
dari hasil usaha yang diperoleh Rp1.940.902,- sedangkan total pendapatan
keluarga sebesar Rp2.203.402,- angka ini diperoleh setelah diperhitungkan dengan
upah tenaga kerja sendiri.
4.
Usaha
pemeliharaan ayam potong ini menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan karena terbukti
dari hasil analisis data diperoleh nilai NPV Rp1.940.902,- Nilai ROI sebesar
0,4 < 1, nilai BEP sebesar Rp3.452.795,- dan nilai B/C Ratio sebesar 1,40 > 1, yang mana angka-angka tersebut
mengindikasikan kelayakan untuk melanjutkan usaha ini.
- Saran-Saran
1.
Disarankan
para peternak ayam potong juga memproduksi pupuk kandang mengingat hal ini
dapat menambah penghasilan.
2.
Agar
para peternak ayam potong meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilanya
sehingga dapat beternak secara benar
sesuai dengan yang dianjurkan dan juga dapat meningkatkan hasil pendapatan.
3.
Hendaknya
pemerintah khususnya Kecamatan Manyak Payed membantu sarana dan prasarana demi
meningkatkan usaha ternak ayam potong dan memberi kredit lunak dengan tingkat
bunga yang relatif rendah agar pertumbuhan ekonomi masyarakat semakin
berkembang.
4.
Sudi
kiranya pemerintah mencari solusi atau mampu menyediakan bibit ayam potongdan
juga suplai obat-obatan sehingga para peternak Kecamatan Manyak Payed khususnya
tidak lagi menunggu dari Medan.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah, Pengaruh Pemberian Tepung Bekicot Rebus
Terhadap Pertambahan Berat Ayam Broyler, Banda Aceh, 2003.
Adiningsih,
Sri, Dr, MSC, (1999), Ekonomi Mikro,
Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.
Gaos, Pedoman Praktis Pemeliharaan Ayam Petelur dan Pedaging, Pyridan,
Jakarta, 2002.
Gultom, Parapat, Manajemen Produksi dan Operasi, DILI,
IPWI, Banda Aceh, 2000.
Kuntjoro, Analisis Investasi Proyek Pertanian,
LP-IPB, Bogor, 2003.
Mubyarto, Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3ES,
Jakarta, 2003.
Murtidjo, Pedoman Beternak Ayam Broiler,
Kanisius, Jakarta, 2003.
Rasyat, Peternak Ayam Pedaging, PT. Penebar Swadaya, Jakarta, 2004.
Rahardi, Agri Bisnis Peternakan, PT. Penebar Swadaya, Jakarta, 2001.
Siregar, Ilmu Manajemen, Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, 2005.
Wirajaya,
Daniel, Drs, (1999), Ekonomi Manajerial,
Binarupa Aksara, Jakarta.
Yacon, Analisis Reutiaitas Agri Bisnis, Kanwil Depten NAD, Banda Aceh, 2001.